Ada beberapa pengertian mengenai thibbun nabawi yang
didefinisikan oleh ulama di antaranya,
1.Thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh
Al-Quran dan As-Sunnah yang Shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa
pencegahan (penyakit) atau pengobatan.
2.Thibbun nabawi adalah kumpulan apa shahih dari petunjuk
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kedokteran yang yang
beliau berobat dengannya atau untuk mengobati orang lain.
Definisi thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau ucapkan, beliau tetapkan
(akui) beliau amalkan, merupakan pengobatan yang pasti bukan sangkaan, bisa
mengobati penyakit jasad, ruh dan indera.
-Misalnya yang beliau ucapkan tentang keutamaan habatus
sauda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ هَذِهِ الحَبَّةَ السَّوْدَاءَ
شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ،
إِلَّا مِنَ السَّام
”Sesungguhnya pada habbatussauda’ terdapat obat untuk segala
macam penyakit, kecuali kematian”
(Muttafaqun ‘alaihi)
-Misalnya yang beliau tetapkan (akui) yaitu kisah sahabat
Abu Sa’id Al-Khudri yang meruqyah orang yang terkena gigitan racun kalajengking
dengan hanya membaca Al-Fatihah saja. Maka orang tersebut langsung sembuh.
Sebagaimana dalam hadits
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ
فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا
لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ
فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ
أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ
نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى
أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ
ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى
الله عليه وسلم- فَذَكَرَ
ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا
رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا
رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا
مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ
»
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu berada dalam perjalanan safar,
lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun
penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut
lantas berkata pada para sahabat yang
mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyahkarena pembesar kampung
tersebut tersengat binatang atau terserang demam.”
Di antara para sahabat
lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia
meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. pembesar tersebutpun sembuh. Lalu
yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan
menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau.
Ia berkata,
“Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat
Al-Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan
berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?” Beliau pun
bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya
bersama kalian.”[1]
-misalnya yang beliau amalkan, beliau melakukan hijamah
serta menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan hijamah.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallaahu ‘anhu :
أن النبي صلى الله
عليه وسلم احتجم وأمرني
فأعطيت الحجام أجره
0 komentar:
Posting Komentar