Diberdayakan oleh Blogger.

Ibadah dengan Sabar

Sabar adalah kata yang sering Allah sebutkan dalam Al Qur`an. Sabar merupakan kunci kesuksesan, pembukan jalan menuju segala kebaikan. Dalam konteks beribadah, sabar pun merupakan syarat terpenting untuk mewujudkan ibadah yang baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”

(HR Bukhari Muslim)

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Adapun ketaatan, seorang hamba memerlukan kesabaran di dalamnya. Karena jiwa manusia, dengan tabiatnya, tidak menyukai banyak ragam ibadah. Dalam shalat, tabiat jiwa manusia kerap malas dan lebih suka beristirahat, apalagi jika ditambah dengan kerasnya hati dan noda dosa, cenderung kepada syahwat dan biasa bergaul dengan orang-orang yang lalai. Dengan seluruh faktor ini, seorang hamba akan sangat sulit untuk menunaikan ibadah shalat. Jika pun ia menunaikannya, ia akan merasa sangat terbebani, hatinya tidak hadir dan ingin segera menyelesaikannya, seperti orang yang duduk menghadap seonggok bangkai. Begitu pun dengan zakat, tabiat jiwa manusia kikir dan pelit. Itu pun berlaku pada ibadah haji dan jihad.

Seorang hamba memerlukan kesabaran dalam tiga perkara:

Pertama: Sebelum mengerjakan ketaatan dengan berupaya meluruskan niat dan keikhlasan, serta menjauhi faktor-faktor yang akan mendatangkan keraguan dan sum’ah (ingin didengar), juga menguatkan tekad untuk menunaikan ibadah itu sebagaimana mestinya.

Kedua: Sabar ketika beramal. Seorang hamba harus tetap bersabar menjauhi faktor-faktor yang dapat mengurangi kwalitas amal tersebut, ia juga harus terus bersabar dalam menghadirkan niat dan hati yang sadar bahwa ia tengah berada di hadapan Allah yang disembah dan tidak melupakan perintah-Nya… Inilah ibadah seorang hamba yang ikhlas untuk Allah. Ia sangat memerlukan kesabaran untuk menunaikan ibadah sebagaimana mestinya dengan menegakkan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya, untuk terus mengingat yang disembahnya dalam ibadah tersebut dan tidak lalai dari mengingat-Nya ketika beribadah kepada-Nya.

Ketiga: Sabar setelah menunaikan amal ibadah. Sabar dari sisi ini mencakup beberapa hal:

Sabar untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat membatalkannya. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),” (QS. Al Baqarah [2]: 264). Bukanlah yang terpenting mengerjakan ketaatan itu sendiri, namun yang terpenting  adalah menjaganya dari segala yang dapat merusaknya.
Sabar untuk tidak merasa ujub, takabbur dan sombong dengan ibadah itu, karena sesungguhnya hal itu lebih berbahaya dari banyak kemaksiatan lahir.

Sabar untuk tidak memindahkan amalan itu dari keadaan rahasia kepada keadaan terang-terangan. Seorang hamba, jika ia beramal secara rahasia, antara dirinya dan Allah saja, maka amalan itu akan dicatat dalam diwan rahasia. Namun jika ia kemudian menceritakannya, amalan itu akan dipindahkan kepada diwan terang-terangan.” [Idatu al Shabirin wa Dzakhiirahu al Syakirin”, hal. 104-105]

tpq alistiqomah kabil

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Ibadah dengan Sabar yang dipublikasi Istiqomah Sampaikan, berita, artikel conten ini untuk kemanfaat ummat.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top