Sabar adalah kata yang sering Allah sebutkan dalam Al
Qur`an. Sabar merupakan kunci kesuksesan, pembukan jalan menuju segala
kebaikan. Dalam konteks beribadah, sabar pun merupakan syarat terpenting untuk
mewujudkan ibadah yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan
tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran.”
(HR Bukhari Muslim)
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Adapun ketaatan,
seorang hamba memerlukan kesabaran di dalamnya. Karena jiwa manusia, dengan
tabiatnya, tidak menyukai banyak ragam ibadah. Dalam shalat, tabiat jiwa
manusia kerap malas dan lebih suka beristirahat, apalagi jika ditambah dengan
kerasnya hati dan noda dosa, cenderung kepada syahwat dan biasa bergaul dengan
orang-orang yang lalai. Dengan seluruh faktor ini, seorang hamba akan sangat
sulit untuk menunaikan ibadah shalat. Jika pun ia menunaikannya, ia akan merasa
sangat terbebani, hatinya tidak hadir dan ingin segera menyelesaikannya,
seperti orang yang duduk menghadap seonggok bangkai. Begitu pun dengan zakat,
tabiat jiwa manusia kikir dan pelit. Itu pun berlaku pada ibadah haji dan
jihad.
Seorang hamba memerlukan kesabaran dalam tiga perkara:
Pertama: Sebelum mengerjakan ketaatan dengan berupaya
meluruskan niat dan keikhlasan, serta menjauhi faktor-faktor yang akan
mendatangkan keraguan dan sum’ah (ingin didengar), juga menguatkan tekad untuk
menunaikan ibadah itu sebagaimana mestinya.
Kedua: Sabar ketika beramal. Seorang hamba harus tetap
bersabar menjauhi faktor-faktor yang dapat mengurangi kwalitas amal tersebut,
ia juga harus terus bersabar dalam menghadirkan niat dan hati yang sadar bahwa
ia tengah berada di hadapan Allah yang disembah dan tidak melupakan
perintah-Nya… Inilah ibadah seorang hamba yang ikhlas untuk Allah. Ia sangat
memerlukan kesabaran untuk menunaikan ibadah sebagaimana mestinya dengan
menegakkan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya, untuk terus
mengingat yang disembahnya dalam ibadah tersebut dan tidak lalai dari
mengingat-Nya ketika beribadah kepada-Nya.
Ketiga: Sabar setelah menunaikan amal ibadah. Sabar dari
sisi ini mencakup beberapa hal:
Sabar untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat membatalkannya.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima),” (QS. Al Baqarah [2]: 264). Bukanlah yang terpenting mengerjakan
ketaatan itu sendiri, namun yang terpenting
adalah menjaganya dari segala yang dapat merusaknya.
Sabar untuk tidak merasa ujub, takabbur dan sombong dengan
ibadah itu, karena sesungguhnya hal itu lebih berbahaya dari banyak kemaksiatan
lahir.
Sabar untuk tidak memindahkan amalan itu dari keadaan
rahasia kepada keadaan terang-terangan. Seorang hamba, jika ia beramal secara
rahasia, antara dirinya dan Allah saja, maka amalan itu akan dicatat dalam
diwan rahasia. Namun jika ia kemudian menceritakannya, amalan itu akan dipindahkan
kepada diwan terang-terangan.” [Idatu al Shabirin wa Dzakhiirahu al Syakirin”,
hal. 104-105]
0 komentar:
Posting Komentar