Istiqomah-Recep Tayyip Erdogan
hari Kamis (28/8/2014) resmi menjadi presiden Turki ke-12 setelah dilantik dan
mengucapkan sumpah di gedung parlemen.
Menggantikan Abdullah Gul, bekas perdana menteri itu
mengucapkan janji presiden untuk mempertahankan eksistensi dan independensi,
serta kedaulatan negara Turki, mematuhi konstitusi, hukum, demokrasi, serta
prinsip-prinsip republik sekuler.
Erdogan naik ke puncak kekuasaan Turki setelah unggul dalam
pemilihan umum presiden 10 Agustus kemarin dengan 52 persen suara, mengalahkan
Ekmeleddin Ihsanoglu dan Selahattin Demirtas. Erdogan menjadi presiden pertama
Turki yang dipilih oleh rakyat secara langsung.
Kursi-kursi di parlemen dipenuhi oleh para anggota parlemen
dari AKP, keluarga dan simpatisan Erdogan, serta pejabat militer dan perwakilan
misi diplomatik. Hadir dalam pelantikan itu para pemimpin dari lebih 90 negara,
lansir Hurriyet.
Namun, kursi-kursi yang disiapkan untuk para diplomat asing
tampak dipenuhi oleh para istri sebagian anggota parlemen, undangan khusus
Erdogan, para birokrat dan penasihat Erdogan ketika menjabat perdana menteri,
Yusuf Erkel –yang menjadi terkenal di dunia setelah menghajar seorang pengunjuk
rasa dengan tendangan kakinya di lokasi bencana pertambangan di Soma bulan
April lalu.
Termasuk rangkaian serah terima jabatan presiden adalah
kunjungan ke makam bapak Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Di mausoleum
Ataturk, Anitkabir, Erdogan meletakkan karangan bunga di makam pelopor
sekularisme Turki itu.
Dalam buku khusus Anitkabir, Erdogan menulis “Ataturk
tercinta, saya mengambil alih [kepemimpinan] sebagai presiden ke-12 republik
ini dan menjadi yang pertama dipilih secara langsung [oleh rakyat]. Setelah
kematianmu, ikatan antara kantor kepresidenan dan rakyat melemah. Saya yakin
bahwa masa bakti yang saya jalani mulai hari ini akan menjadi alat bagi rakyat
untuk merengkuh presidennya dan bagi negara untuk merengkuh bangsanya.”
Abdullah Gul dalam pidato serah terima jabatan itu
mengatakan, “Saya merasa terhormat menyerahkan posisi saya kepada Presiden
Erdogan, seorang yang telah menjadi teman saya selama 40 tahun. Itu mengapa
upacara hari ini memiliki arti khusus,” kata Gul dalam pidatonya yang penuh
haru, seraya mengenang perjalanannya mendirikan dan membesarkan Partai Keadilan
dan Pembangunan (AKP) bersama Erdogan sejak 14 tahun silam.*
(Hidayatullah)
Rep: Ama Farah
0 komentar:
Posting Komentar