Diberdayakan oleh Blogger.

Kanvas Kehidupan


Rasanya baru saja, kemarin kita habiskan masa remaja dipersimpangan. Kebingungan mencari jawaban, lalu diam. Jika saja angin tak mengabarkan, mungkin kita telah lupa bahwasannya pagi ini kita semua telah berdiri di sebuah puncak harapan bernama kedewasaan, menatap hamparan dan jejak-jejak di kanvas kehidupan.
Langkah demi langkah yang kita lalui adalah serangkaian titik sambung-menyambung melukis jutaan alenia menjadi syair dan bait-bait kehidupan, kenangan, warna dan sekumpulan nada-nada. Seperti berdatangannya wajah demi wajah, bergabung menjadi symphoni datang dan pergi, mengantar kita kepada hari ini. Sebuah hari yang dulu kita sebut masa depan. Sebuah hari yang nanti pasti akan kita sebut sebagai masalalu.
Sungguh kita telah belajar tentang satu masa yang tak mudah, saat lembar demi lembar pengalaman yang kita lalui begitu hitam dan kelam! Hingga kita pun enggan mengenangnya.
Hari-hari yang kita lalui, lembar demi lembarnya adalah kanvas putih yang boleh kita lukis dengan apapun. Atau bahkan kita bisa membiarkannya kosong sekalipun. Namun jejak-jejak langkah itu adalah titik sambung-menyambung membentuk satu garis yang kelak berakhir, bermuara dalam satu samudra dikeabadian.
Sungguh tidak ada satu titikpun yang tersembunyi atau terlupakan, seluruh catatan itu akan dihamparkan dihadapan kita. Seluruh jalanan yang kita lalui terdokumentasikan dengan sempurna dan rekamannya kelak akan diputar. Sudahkah kita siap untuk menyaksikan hamparan catatan amal yang menggetarkan itu? Disana semua aib terbuka tanpa jaksa pembela!
Jejak-jejak kita hari ini, kemarin dan seterusnya terus melukis satu symponi untuk sebuah kebahagiaan yang abadi atau duka yang juga abadi. Adakah kita risau tentang ini?
Bukankah kita sering risau saat do’a itu tidak juga terkabulkan, kita risau saat perbekalan dunia yang pendek ini menipis padahal Allah sudah menjaminnya. Ironis saat kita sama sekali tidak risau jika amal-amal kita rusak, bagaikan debu beterbangan. Kita tidak risau jika saja taubat itu masih tergantung antara langit dan bumi?
Tak ada kekhawatiran tentang dunia ini, justeru akhiratlah yang sepatutnya yang harus kita risaukan, sebuah masa yang panjang dan tak berujung.
Aduhai, sekiranya kematian itu akan menyudahi sesuatu?
Bukankah seluruh rekaman kehidupan itu nanti akan ditayangkan kembali di hari yang pasti itu?
Akankah kita terus isi dunia ini dengan tawa-tawa sesaat lalu kita tukar dengan tangisan yang abadi di akhirat kelak?
Kanvas itu milikmu dan langkah yang engkau ayun adalah kuasnya, kuas dan kanvas itu milikmu, maka lukislah seindah mungkin, agar kita tidak malu saat pertemuan itu tiba. Jangan biarkan hamparan kanvas itu dipenuhi dengan catatan-catatan dosa. Semuanya hitam kelam gelap gulita hingga kita tidak mengenali lagi jalanan yang telah kita lalui dan lupa untuk kembali.

tpq alistiqomah kabil

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Kanvas Kehidupan yang dipublikasi Istiqomah Sampaikan, berita, artikel conten ini untuk kemanfaat ummat.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top