Saat ini semakin semarak tpq-tpq yang berada disetiap kampung-kmpung dan perumahan perkotaan, menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran al-qur’an, berlomba dengan pengaruh gencarnya industry telivisi mempengaruhi prilaku dan akhlak anak-anak.
Belum seimbangnya
pendidikan formal terhadap muatan pelajaran agama islam menjadikan, lembaga tpq
dituntut untuk menyiapkan anak-anak sebagai generasi islam yang memiliki akhlaq
dan moral islami, menjadi tumpuan satu-satunya. Orang tua kebanyakan masih
mengandalkan atau melepaskan terhadap pengajaran al-quran kepada para pengajar
tpq, peran serta orang tua tehadap pengajaran alqur’an haus menjadi
perhatiannya saat anak berada dirumah, berikut tip dan pemahaman untuk mengajak
anak senang belajar al-quran:
1. Belajar MEMBACA QUR'AN idealnya dimulai pd saat anak usia 7
thn. Plg cepat 6 thn. Belajar seperti ini harus melihat konsep atau cara
berpkir anak. Anak2 < 7 th secara umum, konsep berpikirnya konkrit,
sedangkan huruf2 latin, dan termasuk hijaiyah itu adalah symbol/lambang
abstrak. JD itu sebabnya byk anak balita kesulitan utk belajar CALISTUNG,
karena memang blm sesuai dg usianya.
2. BERBEDA DG BELAJAR
MENGHAFAL QUR'AN, yg justru baik dimulai sedini mungkin, sejak bayi pun anak
boleh diajarkan hafalan QUR'AN. Imam Syafii sudah hafidz usia 6 tahun. Agar tk
jd beban dlm menghafal qur'an, hindari penuh tekanan dlm menghafalnya. Buat
tantangan2 (chalenging) sesuai kemampuan anak dan orangtua sendiri. JIKA HAFAL
5 surat misalnya dpt hadiah 2 buku. 10 surat 5 buku. 1 Juz dpt sepeda. 10 Juz
dpt umroh.
3. Sesering mungkin perdengarkan berulang-ulang murottal
qur'an, karena suara yg diulang2 ini akan otomatis masuk ke dlm alam bawah
sadar anak, sebagaimana anak tanpa kta ajarkan dpt dg mudah mengingat dg baim
syair puluhan lagu.
4. Orangtua yang ingin anaknya hafal qur'an harus punya
keyakinan dan tekad yg kuat. Bahw hafal qur'an itu utk kepentingan anaknya
sendiri, bkn keepentingan orangtuanya. Bukan utk dibangga2kan orangtuanya, tp
utk anak mencintai qur'an itu sendiri, agar hidup anak terwarnai qur'an itu
sendiri.
Karena itu orangtua jg harus istiqomah dan rajin utk melakukan
MUROJA'AH dg anak, membuat anak menyetor hafalannya tanpa harus merasa dtest dg
misalnya melafalkan bersama2 setiap hari berulang yg menjadi hafalan anak,
meski orangtua sendiri menggunakan qur'an langsung dibaca sementara anaknya
melafalkan lisan.
5. Harus dsadari dr awal, jika anak sekadar bisa HAFAL DAN
MEMBACA, hidup anak blum tentu ter-drive qur'an itu sendiri. Hafidz qur'an di
Indonesia sgt berbeda hafidz qur'an di palestin misalnya, karena umumnya mereka
MEMAKNAI DAN MENGERTI APA yg mereka ucapkan, apa yg mereka hafalkan, karena itu
bahasa mereka. Dan ini dpt mempengaruh perilku anak2 dan org dewasa yg hafidz
qur'an.
Tp, ini blom tentu terjadi di Indonesia. karena itu jika
orangtua ingin anaknya hafal qur'an, idealnya dsertai dg program tambahan,
pelajaran MEMAKNAI QUR'AAN, anak diajarkan utk mengerti bahasa arab, atau
setidak2nya dceritakan makna setiap ayat yg mereka hafalkn, sedkit demi sedikit
6. Sebenarnya, mengajak anak mencintai Qur'an tidak harus
menunggu anak bisa MEMBACA QUR'AN. Jauh sebelum anak bisa MEMBACA HURUF-HURUF
DI ALQUR'AN, sebaiknya anak diajak dulu untuk mencintai Qur'an. Anak bisa
diajak mencintai qur'an dengan cara mengenalkan isi Qur'an pada anak pada anak
terlebih dahulu. Ini adalah ikhtiar untuk anak selalu 'mau' untuk tertarik
dengan Al-Qur'an. Bisa membaca Qur'an sejak dini bukanlah jaminan anak setelah
dewasa mau mengkaji isi Qur'an. Bahkan, memaksa anak bisa membaca Qur'an bukan
pada waktunya justru kontraproduktif dengan tujuan mencintai Qur'an itu
sendiri.
Itu sebabnya, dalam hadits yang mahsyur tentang mengajarkan
sholat pada anak misalnya, Rasulullah mencontohkannya mulai sejak 7 tahun.
Mengapa tidak dibawahnya? Mengapa tidak usia 4 thn? Apalagi usia 3 tahun?
Karena memang 'konsep berpikir' anak 7 tahun tentu lebih matang daripada anak2
dibawahnya secara umum.
Sebuah Survei pada ratusan orang, banyak dari mereka bisa
membaca Qur'an sejak dini, tapi hanya segelintir dari mereka yang dewasanya
kemudian mau 'tertarik' mengkaji isi Qur'an. Sebab mengkaji isi Qur'an adalah
motivasi, sedangkan membaca Qur'an adalah kompetensi.
Di Al-Qur'an, banyak sekali cerita, kisah, yang dapat
diterangkan pada anak dan jika disampaikan dengan bahasa anak-anak dapat
membuat anak justru betah dengan Qur'an. Ada cerita binatang, ada cerita
Nabi-nabi, ada cerita orang-orang shalih. Al-Qur'an adalah sumber cerita yang
kaya untuk anak-anak kita. Seru, sedih, gembira, ada di dalam Al-Qur'an.
Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar