ALHAMDULILLAH, sebentar lagi kita
akan masuk ke dalam Bulan Ramadhan 1435 Hijriyah (Juni-Juli 2014) yang penuh
dengan rahmat dan kemuliaan.
Berbagai acara pun digelar untuk
menyambut kedatangannya, mulai dari kampanye simpatik penyambutannya, berbagai
kajian dan tausiah pembekalan Ramadhan, bakti sosial dan bazaar murah, sampai
pemasangan baliho-baliho diberbagai tempat strategis.
Agar
anak-anak berhasrat besar melakukan puasa, mereka harus memiliki perasaan yang
sangat positif terhadap bulan Ramadhan. Kita perlu menumbuhkan perasaan –bukan
sekedar memahamkan— bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan yang
berlimpah kebaikan di dalamnya, bulan yang penuh kegembiraan karena setiap
kebaikan akan dilipat gandakan ganjarannya. Tak ada bulan yang lebih mulia
dibanding bulan Ramadhan. Karena itu, Ramadhan harus dinanti dan disambut
dengan suka cita.
Jika anak-anak sudah mempunyai perasaan yang sangat positif terhadap
Ramadhan, insya Allah mereka akan berebut untuk menjadikan dirinya sebagai
orang yang mampu berpuasa secara penuh. Meski sebagai orangtua kita tidak boleh
mengharuskan anak yang belum cukup umurnya untuk berpuasa sebagaimana orang
dewasa, tetapi memacu hasrat sangat mungkin kita lakukan.
Cara yang di dapat
diterapkan dalam keluarga untuk bisa memperbaiki cara mengajak anak berpuasa
penuh di bulan Ramadhan.
Apa yang di lakukan
kepada anak-anak sebelum Ramadhan? Secara sederhana ada dua hal, menyiapkan
penyambutan bulan Ramadhan dan mengatur pelaksanaan puasa.
Selamat Datang Ramadhan
Sekitar tiga atau dua minggu sebelum Ramadhan tiba, seorang ibu bias mulai membicarakan dengan anak-anak tentang
datangnya bulan yang terindah itu. Anak-anak diajak untuk merasakan datangnya
Ramadhan sebagai anugerah. Pada saat yang sama mulai berbincang-bincang dengan
anak tentang apa yang bisa dilakukan untuk menyambut Ramadhan.
Intinya sederhana, bagaimana
anak-anak bisa merasakan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa dan karenanya
perlu bergembira dengan kedatangannya.
Hiasi ruang tengah, tempat untuk melakukan sahur dan buka puasa, dengan kertas
warna-warni dan balon yang ditempelkan di sudut ruang atau di tengah-tengah.
Sekurang-kurangnya mengubah letak meja dan kursi sehingga ada suasana baru
menjelang Ramadhan. Mengecat rumah dengan cat rumah dengan warna yang disukai
anak-anak, termasuk kamar. Di salah satu kamar bahkan ada tiga warna yang
dipakai. Semua ini untuk menumbuhkan perasaan positif terhadap Ramadhan.
Menu juga masuk dalam daftar penyambutan. Ini bukan berhubungan dengan
kemewahan, tetapi berkaitan dengan penyajian. Ketika ada rezeki yang
memungkinkan, bisa saja hari pertama sahur menyajikan menu yang istimewa.
Tetapi yang paling pokok adalah bagaimana anak-anak merasakan bahwa Ramadhan
sangat berbeda dibanding hari-hari biasa. Sama-sama dadar telor, sangat berbeda
”rasanya” bagi anak antara dadar telor yang dibikin begitu saja dengan yang dibikin
atas dasar usulan.
Penyajian menu ”istimewa”
ini terutama untuk sahur pertama hingga ketiga. Setelah itu, menu akan berjalan
seperti biasa.
Dalam Ramadhan anak-anak juga perlu diajak untuk belajar
berbagi. Pada saat yang sama, kita menantang mereka untuk memancangkan tekad,
sampai jam berapa akan berpuasa. Ini terutama untuk anak yang belum cukup umur.
Misalnya yang baru berusia 5 tahun. Tetapi kita tetap harus ingat bahwa mereka
tidak boleh dipaksa puasa sehari penuh.
Mengelola Puasa
Kalau kita merasa sangat lapar, sesederhana apa pun makanan yang terhidang,
akan nikmat sekali rasanya. Tapi saat mengantuk, makanan yang enak pun sulit
memancing minat. Karena itu, menu saat sahur jauh lebih penting dibanding saat
berbuka. Menu sahur selain menarik bagi anak, juga perlu mempertimbangkan agar
tidak menghidangkan makanan yang mengundang rasa haus.
Habis sahur, anak-anak
perlu dijaga agar tidak tidur. Ba’da Subuh hingga sekitar jam 11.00 pagi adalah
saat-saat yang sangat penting. Kalau di waktu-waktu tersebut ada melakukan
kegiatan yang menyenangkan dan secara fisik aktif, biasanya waktu berikutnya
hingga saat berbuka tiba tidak ada masalah yang berarti. Tetapi kalau kita
lalai sehingga mereka tertidur hingga pagi jam 09.00 misalnya, pada umumnya
anak mulai tidak tahan menghadapi haus dan lapar, terutama menjelang tengah
hari. Ini terutama untuk anak-anak yang berusia antara 5-8 tahun. Anak-anak
yang lebih tua pun merasa sangat tidak nyaman sehingga puasa terasa sangat
menyiksa jika mereka tidur antara Subuh hingga jam 09.00 atau jam 10.00.
Apalagi kalau tidur mulai habis Sahur.
Awal-awal puasa, biasanya
anak makan sahur dalam kondisi mengantuk, sehingga mereka cenderung ingin
bersegera menyudahi acara makan untuk berangkat tidur kembali. Karena itu,
usahakan agar saat sahur benar-benar menarik anak; menarik bukan karena makanan
yang mewah, tetapi karena ada kehangatan yang mereka temukan. Selain itu, upaya
agar makan sahur lebih menarik buat mereka adalah dengan menyediakan jajanan anak
yang bergizi dan disukai anak.
Jadi jika ada rezeki,
hidangan sahurlah lebih penting untuk diperhatikan. Bukan buka puasa.
Sekurangnya, ada makanan yang menarik minat anak, meskipun hanya dari cara
menyajikannya.
Bangunkan anak secara
menyenangkan. Bangunkan agak awal agar mereka memiliki kesiapan emosi sebelum
makan. Jika memungkinkan, libatkan anak-anak untuk membantu penyiapan makan
sahur sebab ini lebih menggairahkan mereka. Beri mereka tugas sesuai dengan
umurnya. Anak yang berusia 5 tahun bisa kita beri tugas menyiapkan sendok,
misalnya.
Berkenaan dengan bermain,
apa saja yang bisa dilakukan anak saat berpuasa? Dulu saya membatasi anak
bermain agar tidak melakukan permainan yang banyak menguras tenaga. Saya
khawatir ini menyebabkan mereka kehabisan energi sehingga tidak kuat berpuasa.
Tetapi belakangan saya justru bersikap sebaliknya. Pagi hari mereka bisa
melakukan aktivitas apa pun yang menarik, termasuk bermain bola, sehingga
mereka tidak mengantuk dan secara fisik mereka aktif. Permainan ini bisa
dilakukan sampai sekitar jam 11.00 atau 12.00.
Biasanya, jika anak-anak
banyak melakukan aktivitas fisik yang menantang, selepas Dzuhur mereka sudah
mengantuk. Tidur saat capek karena aktivitas fisik merupakan cara yang sangat
efektif untuk memulihkan energi.
Anak-anak yang sudah
berusia sekitar 10 tahun mungkin tidur sekitar 2-3 jam. Sedangkan anak-anak
yang berusia di bawahnya biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Yang jelas,
begitu bangun mereka insya Allah akan segar kembali sehingga bersemangat
melakukan berbagai aktivitas.
Nah, sekarang saatnya
memberi mereka kegiatan-kegiatan yang bersifat lunak. Meskipun mereka masih
boleh berlari-lari, tetapi sebaiknya kita arahkan mereka untuk melakukan
aktivitas permainan atau intelektual.
Membaca buku-buku
menarik, berdiskusi, mengaji atau mengikuti kegiatan TPA/TPQ di masjid sangat
pas buat mereka. Kegiatan yang dilakukan setelah mereka memperoleh istirahat
yang cukup ini insya Allah membuat mereka melupakan rasa lapar. Keasyikan
membuat datangnya waktu Maghrib tak terasa lama.
Wallahu a’lam bishawab.
Sebagai penutup, sekedar
untuk mempertegas pembicaraan kita di awal, tidur di antara Subuh sampai
menjelang siang akan membuat anak merasa sangat tidak nyaman dan cepat lelah
sehingga waktu puasa terasa sangat panjang. Jika ini terjadi, sebelum Dzuhur
tiba pun anak-anak sudah berteriak lapar
Diambil dari Hidayatullah
2008.